Kamis, Januari 29, 2009

SPEKTRUM PENDIDIKAN KESETARAAN

Dalam sejarah pendidikan kesetaraan telah mengalami beberapa fase perkembangan sesuai dengan prioritas yang hendak dicapai. Secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase atau periode perkebangan pendidikan kesetaraan, yaitu pertama tahun 1945 hingga tahun 1990, periode kedua antara tahun 1991 hingga tahun 2004, dan periode ketiga antara tahun 2005-2006. Pemahaman sejarah perkembangan program pendidikan Kesetaraan menjadi penting sebagai dasar pelaksanaan, maka diusulkan 3 (tiga) spektrum penyelenggaraan program pendidikan, Pertama kesetaraan paket A, dimana warga belajar/peserta didik dapat lulus program yang diikuti. Kedua paket B ,50 % memperoleh pengetahuan akademik, dan 50% mendapat kebisaan/vokasional yang sesuai kebutuhan masyarakat, Ketiga paket C , 80% murni untuk mencari kebisaan/Vocasioanl.dengan 20% kecerdasan Akademik.


Fokus pembelajaran program paket A  memberikan mata ajar yang menunjang kelulusan (100 %), program paket B  perbandingannya adalah 50%:50%, dan Paket C perbandingannya 100%, C2 (50%,50%), C3 80%,20%.

Struktur Kurikulum dapat disesuaikan dengan perbandingan persentase  kecakapan akademik menunjang kelulusan dengan kecakapan vokasional menunjang kewirausaha  masing-masing program paket A, B, dan C.

Untuk membantu menggambarkan pelaksanaan program pendidikan kesetraan paket A,B,C,  dalam mencapai output yang bermutu, maka dapat dilihat keterkaitan kelompok dengan mata pelajaran yang akan diberikan kepada warga belajar dan dengan kecakapan yang harus dimiliki setelah warga belajar menyelesaikan pendidikan kesetaraan paket A,B,C .

Untuk membantu menggambarkan pelaksanaan program pendidikan kesetraan paket A,B,C,  dalam mencapai output yang bermutu, maka dapat dilihat keterkaitan kelompok mata pelajaran dengan mata pelajaran yang akan diberikan kepada warga belajar dan dengan kecakapan yang harus dimiliki setelah warga belajar menyelesaikan pendidikan kesetaraan paket A,B,C 

Standar Pendidikan Kesetaraan

Makna pendidikan kesetaraan mengandung arti, bahwa pengakuan, bobot, nilai, kadar, kedudukan, fungsi, dan kewenangan Pendidikan Non Formal (PNF)  dalam kesetaraan dan dapat menjamin agar lulusannya memiliki kemampuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang berguna dalam menempuh kehidupan. Standar kompetensi PNF kesetaraan perlu memperhatikan kemampuan, kecakapandasar yang diperlukan oleh para peserta didik agar dapat belajar lebih lanjut dalam kehidupan mereka. Jadi Pendidikan kesetaraan merupakan proses pembelajaran yang berorientasi terhadap pencapaian standar kompetensi lulusan dan kebisaan bermata pencaharian.

Dengan tiga pendekatan yaitu: Pertama (a) materi ajar yang bermuatan (Literacy), dan kecakapan hidup (life sklills), Kedua (b) pengorganisasian secara tematik, proses pembelajaran yang bersifat edukatif, dan Ketiga (c) penilaian kompetitif. Dengan pendekatan di atas,  target yang ingin dicapai  dibedakan menjadi dua jenis program pendidikan kesetaraan yaitu: (a) program yang terfokus  pada kemampuan peserta didik untuk melek huruf (knowledge base) melului program paket A, B, dan C dan (b) program pendidikan kesetaraan  meningkatkan kemampuan untuk hidup (economy base). Program ini akan memberikan warna dari program pendidikan kesetaraan di seluruh indonesia sesuai kebutuhan kabupaten/kota di  masing-masing propinsi.

Pada program  pendidikan kesetaraan  peningkatan kemampuan untuk hidup (economy base).  Standar kompetensi lulusan (SKL)  mengacu kepada  2 (dua standar yaitu: standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Pencapaian SKL ini  diharapkan bekerjasama dengan dunia usaha dan industri (DUDI) melalui program kemitraan.

Pelaksanaan program kesetaraan secara keseluruhan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP)  yang saat ini sedang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Sementara ini dapat menggunakan 8 (delapan) SNP yang telah dikembangkan 

Stratrategi pelaksanaan 

 Ada enam pola dasar strategi yang patut dipertimbangkan:

1.    Pengembangan program (Growth strategie) memperluas kegiatan program. Suatu program tidak mungkin dibiarkan tanpa perubahan, karena perubahan itu berjalan dengan sendirinya.

     Mengingat pentingnya perubahan dianut 2 (dua) pola perubahan

a.  Terpusat (Concentration) vertikal dan horizontal

b. Keanekaragaman (Diversification) yang bersifat ada hubungan (Concentric) dan tidak ada hubungan (Conglomerate)

 

2.  Program stabil (Stability Strategies) :Tidak mengadakan perubahan pada apa yang dilakukan sekarang ini. Stability ini dilakukan dengan istirahat(pause), melakukan dengan memperhatikan lingkungan (Proceed with Causin), atau tidak melakukan apapun yang mengganggu (No Change)

    

 3. Program diperkecil (Retrenchment strategies) : mengurangi tingkat kegiatan program. Hal ini dapat dilakukan dengan perubahan haluan (Turn around), memperhatikan pasar (Captive) yaitu tidak berbuat apapun selain melepas apa yang sudah dimiliki, yang terahir membiarkan saja apa adanya (Bankruth)

            

4. Penggabungan pelaksanaan (Combination Strategies): menggunakan berbagai strategi sesuai bidang yang ingin dicapai.

                

5.  Strategi menyerang (Ofensif Strategy)

     Disini melakukan sesuatu dengan pertimbangan untung dan  rugi. Oleh karena itu ditentukan dulu prioritas yang akan dicapai. Prioritas utama yang dianut adalah: menyerang strategi musuh, mengacaukan, persekutuan pesaing,  menyerang SDM pesaing. Strategi yang digunakan adalah  melakukan gerakan,  jika terjadi tekanan dari lingkungan. Strategi ini dapat dalam bentuk usaha pembelokan, pertahanan, memanfaatkan serangan. Strategi ini juga disebut strategi reaktif

 

6.  Strategy bertahan (Depensife Strategy),  cara ini dilakukan apabila program kita tidak mampu bersaing dengan program  lain.