Jumat, Juni 05, 2009

Homeschooling, Alternatif Segar

 “Mustahil bagi satu orang menguasai seluruh bidang pengetahuan. Tiap orang hanya butuh optimal di bidang masing-masing. Sekolah formal selama ini tak banyak memberi peluang bagi anak didik untuk fokus pada minat dan bakat mereka.”

Menurut Anda, siapa yang lebih cerdas, B. Franklin atau Picasso? Siapa yang lebih jenius, Alva Edison atau Mozart? Yang juga layak direnungkan, benarkah mereka output sekolah formal dengan ketuntasan belajar seluruh mata pelajaran mencapai seratus persen?

Tiap anak memiliki kecerdasan berbeda. Para maestro tersebut ahli dan optimal di bidangnya. Hakikatnya, sistem pendidikan yang baik mampu memberi peluang kepada semua peserta untuk mengoptimalkan kecerdasan spesifik masing-masing.

Mustahil bagi satu orang menguasai seluruh bidang pengetahuan. Sama mustahilnya memaksakan semua siswamenguasai lebih dari sepuluh mata pelajaran dengan tolok ukur berupa nilai ketuntasan belajar yang sama. Tiap orang hanya butuh optimal di bidang masing-masing. Sekolah formal selama ini tak banyak memberikan peluang bagi anak didik untuk fokus pada minat dan bakat mereka.

Edison adalah produk pendidikan di rumah. Sebab, menurut guru di sekolahnya Edison terlalu bodoh. Di rumah, sang ibu memberi kesempatan luas untuk mengeksplorasi keingintahuannya terhadap segala hal. Termasuk, ketika Edison kecil gemar membedah hewan-hewan untuk mengetahui rahasia anatominya. Pada usia 11 tahun, Edison membangun lab kimia di ruang bawah tanah rumahnya. Pada 1879, dalam usia 25 tahun, Edison berhasil membuat lampu pijar yang mampu menyala 40 jam.

Begitu pula Mozart. Dia dijuluki “Sang Maestro Mozart” pada usia delapan tahun. Pendidikan di rumah yang fokus dan terarah oleh sang ayah menjadikannya seorang maestro.

I’m competent because I do it myself. Motto ini menjadi standar penerapan gaya belajar dalam homeschooling, alternatif sekolah yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia. Secara prinsip, homeschooling adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana kondusif agar potensi anak yang unik dapat berkembang maksimal. Semua peserta memiliki kebebasan luar biasa untuk berkembang sesuai kompetensinya. Tidak ada penyeragaman yang mematikan keunikan setiap pribadi.

Anak menjalani proses belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Kemampuan otak tiap individu berbeda-benda dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi. Sehingga, mereka juga memiliki gaya belajar berbeda. Inilah yang dilontarkan Howard Gardner tentang Kecerdasan Majemuk. Tiap anak dengan kecerdasan personal berbeda memiliki gaya belajar berbeda pula.

Dalam homeschooling, orang tua bebas menentukan pola pendidikan kurikulum yang digunakan. Di Indonesia, banyakhomeschooler yang mengggunakan kurikulum dispendik agar mudah mengikuti ujian standarisasi pemerintah melalui ujian paket A, B dan C.

Tapi, orang tua bisa saja mengacu kurikulum internasional. Biaya yang dikeluarkan hanyalah biaya mengikuti ujian. Silabus dan materi pelajaran dapat diakses melalui internet. Ujian dapat dilaksanakan secara online, seperti ujian pre-uni (setingkat SMA) pada Cambridge International Examination.

Biaya ujian pun hanya ratusan dollar, jauh lebih murah dibandingkan biaya masuk TK-SD favorit di Jakarta. Jika ingin lebih terarah, homeschooler dapat bergabung dengan asosiasi seperti Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) atau komunitas Morning Star Academy.

Pendidikan homeschooling memungkinkan orang tua memberi tambahan keterampilan berdasar kebutuhan anak. Pembelajaran inti dan tambahan dilalui dengan fun tanpa pressure. Menurut Montessori, test untuk menguji kebenaran sebuah prosedur pendidikan adalah kebahagiaan anak-anak. J. Vos dan G. Dryden menambahkan, belajar akan akan sangat efektif pada situasi yang menyenangkan.

Menilik beberapa sisi positif homeschooling, orang tua dapat menjadikannya alternatif konsep sekolah yang lebih baik daripada sekolah formal. Akhir kata, jenis sekolah apapun yang dipilih, tetap orang tualah yang harus paling tahu kebutuhan sang anak. 

Jumat, Maret 06, 2009

Pedoman BOP Pendidikan Kesetaraan 2009

BOP PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET A

Jumlah dana block grant untuk menfasilitasi berbagai kegiatan dalam rangka Perluasan Akses Pembelajaran Paket A di UPTD BPKB/SKB. Warga belajar yang diberikan dana bantuan adalah kelompok belajar baru sebanyak 3832 orang dengan rincian sebagai berikut:
 
Dana digunakan, antara lain untuk:


a.      Bantuan Warga Belajar

Bantuan warga belajar untuk Paket A sebesar Rp. 126.000 per orang per tahun harus digunakan untuk :

      Bantuan Alat Tulis, berupa buku tulis, pensil, penggaris, pulpen, penghapus yang dapat digunakan untuk mengikuti pembelajaran selama satu tahun.

      Bantuan Modul/Bahan Ajar digunakan untuk penyediaan/ pembelian modul mata pelajaran yang diajarkan pada pembelajaran program paket A Pendidikan Kesetaraan serta penyediaan alat/bahan praktek dan keterampilan fungsional/kepribadian profesional.

      Bantuan Penilaian Bantuan penilaian digunakan untuk menyusun dan menggandakan alat tes

      Bantuan Motivasi Peserta Didik yang diberikan kepada yang bersangkutan apabila menunjukkan prestasi yang sangat baik dalam satu kurun waktu tertentu.

b.      Transport Tutor

Transport tutor akan diberikan yaitu sebesar Rp 420.000,- (empat ratus dua puluh ribu  rupiah) perorang pertahun.diberikan kepada tutor berdasarkan rasio per anak didik yang dibelajarkan, dengan perhitungan transport Rp 3.500,- x 2 kali pertemuan dalam 1 pekan x 4 pekan dalam 1 bulan x 10 bulan (efektif pembelajaran dalam 1 tahun) untuk tutor kelas dan transport Rp 3.500,- x 2 kali pertemuan dalam 1 pekan x 4 pekan dalam 1 bulan x 10 bulan (efektif pembelajaran dalam 1 tahun) untuk tutor keterampilan (NST)

c.       Dukungan Manajemen

Bantuan ini digunakan untuk untuk pengadministrasian, biaya transport dalam rangka pengadministrasian berdasarkan buku acuan pelaksanaan dan pembelajaran, termasuk identifikasi peserta didik dan pendampingan peserta didik dan lain lain.

 

Kamis, Januari 29, 2009

SPEKTRUM PENDIDIKAN KESETARAAN

Dalam sejarah pendidikan kesetaraan telah mengalami beberapa fase perkembangan sesuai dengan prioritas yang hendak dicapai. Secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase atau periode perkebangan pendidikan kesetaraan, yaitu pertama tahun 1945 hingga tahun 1990, periode kedua antara tahun 1991 hingga tahun 2004, dan periode ketiga antara tahun 2005-2006. Pemahaman sejarah perkembangan program pendidikan Kesetaraan menjadi penting sebagai dasar pelaksanaan, maka diusulkan 3 (tiga) spektrum penyelenggaraan program pendidikan, Pertama kesetaraan paket A, dimana warga belajar/peserta didik dapat lulus program yang diikuti. Kedua paket B ,50 % memperoleh pengetahuan akademik, dan 50% mendapat kebisaan/vokasional yang sesuai kebutuhan masyarakat, Ketiga paket C , 80% murni untuk mencari kebisaan/Vocasioanl.dengan 20% kecerdasan Akademik.


Fokus pembelajaran program paket A  memberikan mata ajar yang menunjang kelulusan (100 %), program paket B  perbandingannya adalah 50%:50%, dan Paket C perbandingannya 100%, C2 (50%,50%), C3 80%,20%.

Struktur Kurikulum dapat disesuaikan dengan perbandingan persentase  kecakapan akademik menunjang kelulusan dengan kecakapan vokasional menunjang kewirausaha  masing-masing program paket A, B, dan C.

Untuk membantu menggambarkan pelaksanaan program pendidikan kesetraan paket A,B,C,  dalam mencapai output yang bermutu, maka dapat dilihat keterkaitan kelompok dengan mata pelajaran yang akan diberikan kepada warga belajar dan dengan kecakapan yang harus dimiliki setelah warga belajar menyelesaikan pendidikan kesetaraan paket A,B,C .

Untuk membantu menggambarkan pelaksanaan program pendidikan kesetraan paket A,B,C,  dalam mencapai output yang bermutu, maka dapat dilihat keterkaitan kelompok mata pelajaran dengan mata pelajaran yang akan diberikan kepada warga belajar dan dengan kecakapan yang harus dimiliki setelah warga belajar menyelesaikan pendidikan kesetaraan paket A,B,C 

Standar Pendidikan Kesetaraan

Makna pendidikan kesetaraan mengandung arti, bahwa pengakuan, bobot, nilai, kadar, kedudukan, fungsi, dan kewenangan Pendidikan Non Formal (PNF)  dalam kesetaraan dan dapat menjamin agar lulusannya memiliki kemampuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang berguna dalam menempuh kehidupan. Standar kompetensi PNF kesetaraan perlu memperhatikan kemampuan, kecakapandasar yang diperlukan oleh para peserta didik agar dapat belajar lebih lanjut dalam kehidupan mereka. Jadi Pendidikan kesetaraan merupakan proses pembelajaran yang berorientasi terhadap pencapaian standar kompetensi lulusan dan kebisaan bermata pencaharian.

Dengan tiga pendekatan yaitu: Pertama (a) materi ajar yang bermuatan (Literacy), dan kecakapan hidup (life sklills), Kedua (b) pengorganisasian secara tematik, proses pembelajaran yang bersifat edukatif, dan Ketiga (c) penilaian kompetitif. Dengan pendekatan di atas,  target yang ingin dicapai  dibedakan menjadi dua jenis program pendidikan kesetaraan yaitu: (a) program yang terfokus  pada kemampuan peserta didik untuk melek huruf (knowledge base) melului program paket A, B, dan C dan (b) program pendidikan kesetaraan  meningkatkan kemampuan untuk hidup (economy base). Program ini akan memberikan warna dari program pendidikan kesetaraan di seluruh indonesia sesuai kebutuhan kabupaten/kota di  masing-masing propinsi.

Pada program  pendidikan kesetaraan  peningkatan kemampuan untuk hidup (economy base).  Standar kompetensi lulusan (SKL)  mengacu kepada  2 (dua standar yaitu: standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Pencapaian SKL ini  diharapkan bekerjasama dengan dunia usaha dan industri (DUDI) melalui program kemitraan.

Pelaksanaan program kesetaraan secara keseluruhan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP)  yang saat ini sedang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Sementara ini dapat menggunakan 8 (delapan) SNP yang telah dikembangkan 

Stratrategi pelaksanaan 

 Ada enam pola dasar strategi yang patut dipertimbangkan:

1.    Pengembangan program (Growth strategie) memperluas kegiatan program. Suatu program tidak mungkin dibiarkan tanpa perubahan, karena perubahan itu berjalan dengan sendirinya.

     Mengingat pentingnya perubahan dianut 2 (dua) pola perubahan

a.  Terpusat (Concentration) vertikal dan horizontal

b. Keanekaragaman (Diversification) yang bersifat ada hubungan (Concentric) dan tidak ada hubungan (Conglomerate)

 

2.  Program stabil (Stability Strategies) :Tidak mengadakan perubahan pada apa yang dilakukan sekarang ini. Stability ini dilakukan dengan istirahat(pause), melakukan dengan memperhatikan lingkungan (Proceed with Causin), atau tidak melakukan apapun yang mengganggu (No Change)

    

 3. Program diperkecil (Retrenchment strategies) : mengurangi tingkat kegiatan program. Hal ini dapat dilakukan dengan perubahan haluan (Turn around), memperhatikan pasar (Captive) yaitu tidak berbuat apapun selain melepas apa yang sudah dimiliki, yang terahir membiarkan saja apa adanya (Bankruth)

            

4. Penggabungan pelaksanaan (Combination Strategies): menggunakan berbagai strategi sesuai bidang yang ingin dicapai.

                

5.  Strategi menyerang (Ofensif Strategy)

     Disini melakukan sesuatu dengan pertimbangan untung dan  rugi. Oleh karena itu ditentukan dulu prioritas yang akan dicapai. Prioritas utama yang dianut adalah: menyerang strategi musuh, mengacaukan, persekutuan pesaing,  menyerang SDM pesaing. Strategi yang digunakan adalah  melakukan gerakan,  jika terjadi tekanan dari lingkungan. Strategi ini dapat dalam bentuk usaha pembelokan, pertahanan, memanfaatkan serangan. Strategi ini juga disebut strategi reaktif

 

6.  Strategy bertahan (Depensife Strategy),  cara ini dilakukan apabila program kita tidak mampu bersaing dengan program  lain.