Senin, November 10, 2008

Revolusi Pendidikan dengan Program Kejuruan Dini

Bayangan hari ini: Kelak Indonesia terus melaju dengan perkembangan peradaban dunia namun jauh tertinggal dari kemajuan tekhnologi dan terus megalami keterpurukan ekonomi. Ketidakmapanan sumber daya manusia dan krisis moral yang berkelanjutan menjadi masalah utamanya. Lantas langkah apa yang telah dibuat? Kita semua berharap Indonesia akan menjadi Negara yang besar. Langkah yang terpenting adalah dengan Revolusi Pendidikan.

Disadari atau tidak, perumusan kurikulum pada pendidikan dasar selama ini berpegang pada kekhawatiran akan tingginya angka putus sekolah yang terjadi. Sehingga metoda pendidikan dasar lebih mengacu pada sistem aman yang melahirkan generasi yang mengenal banyak cabang ilmu tapi menjadi awam terhadap ilmu itu sendiri. Penyebabnya berputar pada minimnya spesifikasi jurusan dan kedangkalan kajian diberbagai bidang ilmu yang diperoleh anak didik.

Wajar bila kemudian sebagian kelompok orang beranggapan percuma menyekolahkan anak hingga ke Sekolah Menengah Atas. Karena pendidikan yang dijalani selama dua belas tahun tidak mampu menunjukkan nilai lebih bila dibanding dengan anak seusia yang hanya lulus satu jenjang pendidikan dibawahnya, siswa lulusan SMP juga tidak menunjukkan nilai lebihnya bila dibanding dengan rekan seusianya yang hanya lulus dari SD. Lebih mengecewakannya lagi pemerintah hanya sibuk dengan masalah-masalah judul. SMU menjadi SMA, EBTANAS menjadi UN, UMPTN menjadi SPMB berubah lagi menjadi SNMPTN dan kesemuanya adalah proyek yang tentu membutuhkan biaya.

Jauh berbeda dengan kondisi hari ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak telah tampak nyata. Didukung dengan kesempatan berupa bantuan yang diberikan Pemerintah dengan besarnya angka subsidi hendaklah tidak menjadi sia-sia. Dengan faktor-faktor ini telah membuka kesempatan bagi pemerintah untuk membuat suatu format baru dalam dunia pendidikan. Waktu yang tepat untuk membuat perubahan. Berfikir bagaimana mempersiapkan tenaga muda terampil yang dinamis dan energik sekaligus haus akan ilmu. Bagaimana menciptakan peluang dan kesempatan dengan memanfaatkan generasi yang mempunyai hubungan saling ketergantungan yang erat.

Keadaan yang tentunya diharapkan terjadi dimasa yang akan datang ini bisa saja terwujud dengan penerapan Pendidikan Kejuruan Dini. Pendidikan Kejuruan Dini yang dimaksud adalah dengan melaksanakan pembagian kejuruan berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki pelajar dimulai dari tingkat dasar. Setelah mereka dapat membaca dan menghitung, arahkan mereka pada bidang yang menonjol. Untuk itu perlu kerjasama antara guru selaku tenaga pengajar dan orang tua.

Bukan tidak mungkin budaya kerja keras yang temurun pada anak bangsa selama ini dikembangkan menjadi para pekerja andal yang bukan hanya siap pakai, tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Tapi mampukan para tenaga pengajar yang ada saat ini melahirkan pemuda yang yang siap pakai dengan hanya bermodalkan pendidikan SMP? Dan menciptakan tenaga kerja andal yang hanya lulus dari pendidikan SMA?

Bayangkan bila seorang siswa yang hanya lulus dari sekolah menengah pertama mampu menjadikan ilmu yang didapat bermanfaat bagi masyarakat sekaligus menjadi modal untuk menopang hidup. Untuk itu perhatian pendidikan lebih pada penguasaan praktek dan pendekatan teori sehingga mampu menghasilkan para praktisi andal yang kreatif dan inovatif. Dan bukan tidak mungkin akan munculnya para profesor muda tanpa gelar.

Spesialisasi dan kespesifikan ilmu yang ditanamkan tentu berefek pada minimnya pengetahuan yang lebih bersifat umum. Namun kalau kita mau berfikir positif, maka ini akan menjadi penunjang bagi tumbuh kembangnya rasa keingintahuan dan haus akan ilmu. Spesifikasi menunjang pola saling ketergantungan yang lebih erat, melahirkan generasi mapan yang konsumtif. Efek lain yang hampir tidak mungkin untuk dihindarkan adalah dibutuhkannya tenaga-tenaga baru yang berperan sebagai staff pengajar. Bahkan mungkin pemerintah harus mengambil langkah untuk memberikan pensiun muda bagi sejumlah tenaga pengajar dan mengalih fungsi sejumlah tenaga honorer di sekolah.

Bagi Indonesia, membuat perubahan bukanlah pekerjaan gampang dan dapat dipastikan akan menjadi kontroversi dikalangan masyarakat luas. Bila kita melihat kemasa lalu, hal ini tentu wajar saja. Melihat kenyataan akan lamanya bangsa ini terjajah, hingga kemudian terlaksananya proklamasi pun atas desakan kelompok muda. Begitu pula dengan reformasi 98, semuanya kemudian terlaksana setelah darah tertumpah. Alangkah baiknya bila kita mampu berangkat dari berbagai trauma dan menjadi bangsa yang dewasa.

Saya tidak peduli siapa dan bagaimana pemimpin bangsa. Saya dan banyak orang lain hanya akan mengenang perubahan apa yang telah ia perbuat.

Sumber : http://news.okezone.com/BeritaAnda/index.php/ReadStory/2008/11/09/230/162161/revolusi-pendidikan-dengan-program-kejuruan-dini